Afghanistan dan Taliban: Permulaan Mula dan Situasi Terbaru

Perselisihan yang terjadi di Afghanistan yakni perselisihan yang terjadi antara Afghanistan melawan oposisi pemerintah yaitu Taliban. Taliban sendiri menurut jurnal The Taliban’s Winning Strategy in Afghanistan yang ditulis oleh Gilles Dorronsoro secara singkat dibeberkan sebagai gerakan revolusioner yang betul-betul membangkang metode kesukuan di Afghanistan dan berkonsentrasi kembali pada Imarah Islam. Taliban disebut-ucap sebagai kategori konfrontasi Islam yang paling besar dalam sejarah Afghanistan Kontemporer.

Pasca terjadinya perang saudara di Afghanistan di mana perang itu terjadi diantara para etnis yang saling memperebutkan kekuasaan sampai munculnya gerakan yang dikasih nama Taliban yang berasal dari suku Pashtun yang yakni salah satu suku terbesar di Afghanistan. Mulanya para pengamat politik belum menempatkan Taliban sebagai entitas penting dalam studi politik di dunia Islam. Melainkan, keberadaannya kian gencar dibahas sesudah adanya momen 11 September 2001.

Perselisihan antara Taliban dengan Mujahidin di Afghanistan sendiri telah berlangsung semenjak bet 10 ribu belasan tahun yang lalu dan kembali memanas pasca Ashraf Ghani melepas jabatan Presiden Afghanistan yang dipindahtangankan terhadap pemimpin Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar. Hal itu berarti dikala ini (01/09/2021) Afghanistan sudah kembali berada di bawah pemerintahan Taliban yang sempat memunculkan kekhawatiran dunia sesudah menilik bagaimana Afghanistan di bawah kepemimpinan Taliban sebagian tahun yang lalu (1996-2001).

Akibat Invasi Amerika Serikat kepada perselisihan Afghanistan dan Taliban

Pada 11 September 2001, AS diserang oleh sekelompok ekstrimis yang bernama Al-Qaeda yang mempunyai basis operasi di Afghanistan dan memperoleh dukungan dari pemerintahan Taliban. Kemudian Presiden AS George W. Bush mengeluarkan ultimatum terhadap Taliban untuk menutup fasilitas dan menyerahkan pemimpin Al-Qaeda, Osama Bin Laden. Melainkan, Taliban menolak ultimatum hal yang demikian.

Pada Agustus 2001, pemerintahan George W. Bush menyepakati suatu agenda untuk menunjang penentang rezim Taliban. Mereka sependapat bahwa Taliban akan dikasih ultimatum untuk menyerahkan Osama dan operasi Al-Qaeda yang lain, kalau Taliban menolak, AS akan berupaya menggulingkan rezim Taliban melewati perbuatan segera. AS memberikan dukungannya pada Northern Alliance Forces yang membikin pasukan Taliban bisa dengan kencang ditumbangkan. Sesudah itu Amerika Serikat dengan bantuan sekutu NATO-nya berupaya untuk menstabilkan dan membangun kembali Afghanistan (melewati misi ISAF legal PBB) yang didorong oleh beberapa besar masyarakat internasional pada masa hal yang demikian.

Melainkan, pergerakan Taliban tidak cuma stop hingga disitu. Taliban mulai menyerang kembali dengan energi baru. Mulai dari peledakan bom bunuh diri sampai penyerangan warga sipil yang kerap kali terjadi dan seringnya mematikan.

Alasan warga Afghanistan bereksodus dan akibat pada negara di sekitarnya

Alasan utama yang membikin warga Afghanistan bereksodus yakni Taliban yang telah merajai Afghanistan. Meski Taliban sendiri mempunyai sepak hempas kepemimpinan yang buruk dikala menyuruh Afghanistan sebagian tahun silam. Tentu itu memunculkan efek stress berat tersendiri, terutamanya bagi kaum perempuan. Di sisi lain kalau mendiskusikan seputar akibat kepada negara lain menurut penjelasan Staf Pendidik di Fakultas Regulasi dan Komunikasi Unika Soegijapranata, Adrianus Bintang H. H., MA, bahwa sejauh ini tak ada iklim bentrokan dari warga Afghanistan sebab pengungsi Afghanistan sendiri tersebar ke segala dunia. Melainkan slot garansi 100 sebagian negara tetangga Afghanistan seperti Uzbekistan, Tajikistan, Turkmenistan menolak kedatangan pengungsi Afghanistan dengan alasan keamanan nasional. Juga berhubungan dengan hal peka mengenai kategori anti Taliban atau ISIS yang ikut pergi bereksodus dan membangun basis mereka di negara-negara hal yang demikian. Karena itulah mungkin penjagaan perbatasan darat akan diperketat, jelasnya (24/08/2021).

Apakah informasi Afghanistan bisa diciptakan refleksi bagi Indonesia

Menilik dari momen yang terjadi di Afghanistan yang mempunyai dasar isunya yakni identitas nasional. Tentu itu dapat menjadi bahan refleksi bagi Indonesia. Seperti yang dijabarkan oleh Adrianus memaparkan bahwa informasi yang terjadi di Afghanistan betul-betul dapat menjadi refleksi bagi Indonesia. Terpenting dikala memperhatikan realitas sosial dan politik Afghanistan yang tribalistik yang kesusahan atau malah ogah membangun daya pikir seputar bangsa yang bersatu. Bagi Indonesia, Pancasila yakni lem bangsa yang harusn kita syukuri sebab pendiri bangsa, sedangkan berbeda pandangan politik dan keagamaan tapi bisa menempuh kata sependapat mengenai dasar negara. Juga dengan terciptanya Sumpah Pemuda yang menjadi daya pikir sosial (daya pikir kebangsaan) Indonesia dan tampaknya hal seperti ini tak bisa kita peroleh di Afghanistan sebagai unsur historis yang menempelkan mereka.

Apa solusi terbaik yang dapat dijalankan oleh negara, PBB, dan faktor lain dalam memecahkan informasi hal yang demikian?

Dalam hal ini Adrianus (24/08/2021) berpendapat bahwa hal yang dapat dijalankan dikala ini yakni dengan menunggu dan memperhatikan. Apa yang akan dijalankan oleh Taliban? Benarkah Taliban akan menjadi moderat atau justru membuka Afghanistan bagi kategori-kategori teror asing seperti dahulu. Meski bagi masyarakat internasional, ada bagusnya perlu membuka diri untuk mengajak Taliban berbincang-bincang (jangan mengucilkan Taliban). Sebab tampaknya akan ada mental block seperti “tak berdiplomasi dengan radikalis.” Melainkan, sejauh ini rasanya masing-masing negara sedang berusaha mencari keseimbangan baru yang slot bet kecil menguntungkan mereka dan membikin mereka nyaman secara politik berhubungan dengan tampilnya Taliban sebagai penguasa baru di Kabul, imbuhnya lagi.